Beberapa belakangan ini pemberitaan dimedia masa mengungkap tentang peristiwa pengeboman sebuah kantor polisi di Kota Poso. Telah lama kita mendengar aneka pemberitaan tentang peristiwa kerusuhan di Poso ataupun aneka kegiatan terorisme di kota ini. Melalui artikel ini saya ingin mengajak anda untuk mengenal sisi lain Kota Poso, sebagai sebuah daerah indah dan menarik bagi anda yang ingin berwisata ke Kota Poso yang menawan ini.
Kabupaten Poso adalah sebuah kabupaten di provinsi Sulawesi Tengah, Indonesia. Kabupaten ini mempunyai luas sebesar 7.897 km² dan berpenduduk sebanyak 213.096 jiwa (2012). Ibu kota kabupaten ini terletak di Kota Poso. Letak Geografis Kota Poso adalah 1° 24′ Lintang Selatan dan 120°45′ Bujur Timur.
Kota Poso terletak di bibir pantai menghadap teluk Tomini di salah satu lengkungan ’lengan’ pulau Sulawesi. Bila diamati dengan baik, posisi Poso sebenarnya sangat strategis di tengah-tengah pulau Sulawesi. Transportasi Utara – Selatan yaitu Makassar, Palu – Gorontalo dan Manado, serta Timur – Barat yaitu Luwuk – Palu, mesti melaui Poso sebagai daerah sentral. Tidak heran bila sebenarnya Poso lebih dahulu dikenal sebagai salah satu kota penting dalam sejarah perdagangan dan pemerintahan di daerah Sulawesi.
Untuk mempersingkat sekilas sejarah panjang Poso, dapat kita titik awali dari tahun 1880-an ketika pemerintah Hindia Belanda yang mengerti arti strategis Poso mulai mengatur pemerintahan di Poso. Belanda berusaha meminimalkan pengaruh kerajaan-kerajaan lokal yang ada waktu itu yaitu kerajaan Poso, Napu, Mori, Tojo, Una Una, dan kerajaan Bungku. Pada 1919 seluruh wilayah Sulawesi Tengah yang waktu itu masih tergabung dalam Keresidenan Manado dibagi menjadi dua wilayah Barat dan Timur yang disebut Afdeeling, yaitu: Afdeeling Donggala dengan ibu kotanya Donggala dan Afdeeling Poso dengan ibu kotanya kota Poso.
Sampai dengan pemerintahan RI tahun 1952, wilayah Sulawesi Tengah masih terbagi dua daerah otonom yaitu Onderafdeeling Poso meliputi Poso, Luwuk Banggai dan Kolonodale dengan ibukota Poso dan Onderafdeeling Donggala meliputi Donggala, Palu, Parigi, dan Toli Toli dengan ibukotanya Palu. Wilayah tersebut boleh dikatakan pembagian wilayah Sulawesi Tengah bagian Barat dan Timur. Jadi Poso telah menjadi pusat perdagangan dan pemerintahan Sulawesi wilayah Timur sejak puluhan bahkan seratusan tahun yang lalu.
Penduduk asli daerah Poso saat ini sudah bercampur dengan para perantau yang telah berada di daerah ini puluhan bahkan seratusan tahun yang lalu. Selain suku asli, daerah Poso dan sekitarnya didiami oleh pendatang dari daerah Sulawesi Utara, Gorontalo, Bugis Makassar, Toraja, Jawa dan Bali. Hal ini juga merupakan salah satu bukti ketenaran daerah Poso dimasa silam.).
Kota Poso merupakan ibukota Kabupaten Poso yang akan dinaikkan menjadi kotamadya. Kecamatan yang mungkin bergabung, meliputi:
- Poso Kota
- Poso Kota Selatan
- Poso Kota Utara
- Poso Pesisir
- Poso Pesisir Selatan
- Poso Pesisir Utara
- Lage
Sejarah Kota Poso.
Pada mulanya penduduk yang mendiami daerah Poso berada di bawah kekuasaan Pemerintah Raja-Raja yang terdiri dari Raja Poso, Raja Napu, Raja Mori, Raja Tojo, Raja Una Una dan Raja Bungku yang satu sama lain tidak ada hubungannya.
Keenam wilayah kerajaan tersebut di bawah pengaruh tiga kerajaan, yakni: Wilayah Bagian Selatan tunduk kepada Kerajaan Luwu yang berkedudukan di Palopo, sedangkan Wilayah Bagian Utara tunduk dibawah pengaruh Raja Sigi yang berkedudukan di Sigi (Daerah Kabupaten Donggala) dan khusus wilayah bagian Timur, yakni daerah Bungku termasuk daerah kepulauan tunduk kepada Raja Ternate.
Sejak tahun 1880 Pemerintah Hindia Belanda di Sulawesi Bagian Utara mulai menguasai Sulawesi Tengah dan secara berangsur-angsur berusaha untuk melepaskan pengaruh Raja Luwu dan Raja Sigi di daerah Poso.
Pada 1918 seluruh wilayah Sulawesi Tengah dalam lingkungan Kabupaten Poso yang sekarang telah dikuasai oleh Hindia Belanda dan mulailah disusun pemerintah sipil. Kemudian oleh Pemerintah Belanda wilayah Poso dalam tahun 1905-1918 terbagi dalam dua kekuasaan pemerintah, sebagian masuk wilayah Keresidenan Manado, yakni Onderafdeeling (kewedanan) Kolonodale dan Bungku, sedangkan kedudukan raja-raja dan wilayah kekuasaanya tetap dipertahankan dengan sebutan Self Bestuure-Gabieden (wilayah kerajaan) berpegang pada peraturan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Belanda yang disebut Self Bestuure atau Peraturan Adat Kerajaan (hukum adat).
Pada 1919 seluruh wilayah Poso digabungkan dialihkan dalam wilayah Keresidenan Manado di mana Sulawesi tengah terbagi dalam dua wilayah yang disebut Afdeeling, yaitu: Afdeeling Donggala dengan ibu kotanya Donggala dan Afdeeling Poso dengan ibu kotanya kota Poso yang dipimpin oleh masing-masing Asisten Residen.
Sejak 2 Desember 1948, Daerah Otonom Sulawesi Tengah terbentuk yang meliputi Afdeeling Donggala dan Afdeeling Poso dengan ibukotanya Poso yang terdiri dari tiga wilayah Onder Afdeeling Chef atau lazimnya disebut pada waktu itu Kontroleur atau Hoofd Van Poltselyk Bestuure (HPB).
Ketiga Onder Afdeeling ini meliputi beberapa Landschap dan terbagi dengan beberapa distrik, yakni :
- Onder Afdeeling Poso, meliputi: Landschap Poso Lage berkedudukan di Poso, Landschap Lore berkedudukan di Wanga, Landschap Tojo berkedudukan di Ampana, Landschap Una-una berkedudukan di Ampana.
- Onder Afdeeling Bungku dan Mori, meliputi: Landschap Bungku berkedudukan di Bungku, Landschap Mori berkedudukan di Mori.
- Onder Afdeeling Luwuk, meliputi: Landschap Banggai berkedudukan di Luwuk.
- Onder Afdeeling Donggala.
- Onder Afdeeling Palu.
- Onder Afdeeling Toli Toli.
- Onder Afdeeling Parigi.
Kemudian pada tahun 1949 setelah realisasi pembentukan Daerah Otonom Sulawesi Tengah disusul dengan pembentukan Dewan Perwakilan Rakyat Sulawesi Tengah. Pembentukan Daerah Otonom Sulawesi Tengah merupakan tindak lanjut dari hasil Muktamar Raja-Raja se-Sulawesi Tengah pada tanggal 13-14 Oktober 1948 di Parigi yang mencetuskan suara rakyat se-Sulawesi Tengah agar dalam lingkungan Pemerintah Negara Indonesia Timur (NIT). Sul-Teng dapat berdiri sendiri dan ditetapkan bapak Rajawali Pusadan Ketua Dewan Raja-Raja sebagai Kepala Daerah Otonom Sulawesi Tengah.
Selanjutnya, dengan melalui beberapa tahapan perjuangan rakyat Sulawesi Tengah melalui Dewan Perwakilan Rakyat Sulawesi Tengah yang dipimpin oleh A.Y. Binol pada tahun 1952 dikeluarkan PP No. 33 Tahun 1952 tentang pembentukan Daerah Otonom Sulawesi Tengah yang terdiri dari Onder Afdeeling Poso, Luwuk Banggai dan Kolonodale dengan ibukotanya Poso dan daerah Otonom Donggala meliputi Onder Afdeeling Donggala, Palu, Parigi dan Toli Toli dengan ibukotanya Palu.
Pada tahun 1959 berdasarkan UU No. 29 Tahun 1959 Daerah Otonom Poso dipecah menjadi dua daerah Kabupaten, yakni: Kabupaten Poso dengan ibukotanya Poso dan Kabupaten Banggai dengan ibukotanya Luwuk.
Pantai Madale
Keindahan alam di bagian timur Indonesia memang memesona, salah satunya adalah Pantai Madale di Poso, Sulawesi Tengah. Pantainya berpasir putih, berselimutkan air laut yang biru dan beratapkan langit yang cerah. Tempat yang sempurna!
Pantai Madale di Poso menjadi bukti kecantikan alam di bagian timur Indonesia. Pantai ini terletak sekitar 5 km di timur Poso. Memang, pantai ini belum terlalu populer di kalangan traveler. Jika Anda ke sana dan menyaksikan sendiri pantainya, hanya rasa takjub yang dapat menggambarkannya.
Pantai ini masih sangat bersih dan belum tersentuh tangan-tangan nakal. Hal inilah yang menjadi daya tarik bagi wisatawan. Suasana yang alami, akan memaksimalkan liburan Anda.
Hamparan pasirnya sungguh putih. Dengan teriknya matahari, putihnya pasir akan menggoda Anda dan memberikan pemandangan yang tak jemu. Ditambah dengan lambaian pepeohonan, bersantai di Pantai Madale sangatlah nyaman dan menyenangkan.
Lautnya akan menambah pesona pantai ini. Di pinggir pantai, lautnya berwarna biru jernih, serta semakin jauh berwarna semakin biru. Pemandangan yang sangat cantik dan tentu jarang Anda lihat setiap hari bukan?
Dari penjelasan panduan Informasi Pariwisata Nusantara Kemenparekraf, ombak Madale tidak terlalu besar. Jadi Anda bisa berenang dan melakukan kegiatan snorkeling. Alangkah baiknya membawa dan mempersiapkan perlengkapan snorkeling sebelum berangkat ke tempat ini.
Keindahan Pantai Madale akan membuka pandangan Anda tentang kekayaan alam Indonesia. Ayo berkunjung ke Pantai Madale, serta menggagumi kecantikannya.
Danau Poso.
Danau Poso merupakan sebuah danau yang terletak di provinsi Sulawesi Tengah, Indonesia. Tepatnya di Kabupaten Poso. Danau ini merupakan danau terbesar ketiga di Indonesia dengan memiliki panjang 32 km dan lebar 16 km.
Danau ini terletak pada ketinggian 657 m. Danau Poso merupakan salah satu Danau terindah di dunia dengan Pasir putih yang terdapat pada tepi sampai di Dasar Danau. Danau poso terletak di Kecamatan Pamona Utara dengan ibu kota Tentena. Ada beberapa keunikan Danau ini yang dapat dinikmati oleh para Visitor antara lain : Ikan Mujair, Nilam, Lele, Ikan Mas dsb.
Tetapi yang paling unik adalah Ikan Sugili. Ikan Sugili atau Ikan Sogili adalah ikan yang mirip ikan belut/ ikan Sidat atau terbesar di Dunia, bisa sampai 2 meter. Ikan Sugili sekarang populasinya hampir punah yang disebabkan oleh semakin bertambahnya penduduk dan mungkin juga disebabkan karena dibangunnya Mega proyek PLTA Sulewana yang berperan sangat besar dalam memutuskan Mata Rantai perkembangbiakan jenis Ikan langka ini. Menurut kisah bahwa pada saat-saat ikan ini akan berkembangbiak, mereka akan melakukan Migrasi ke muara sungai yang bertemu dengan air laut dan selanjutnya ketika anak-anak sugili menanjak dewasa, mereka akan kembali ke danau. Tetapi ketika Mega Proyek PLTA dibangun diantara Poso dan Tentena maka secara otomatis sistem perkembangbiakan populasi Sugili yang hanya dapat terjadi secara alamaiah inipun mengalami masalah besar, sehingga keberlangsungan populasi ikan ini dalam waktu dekat diprediksi akan mengalami stop atau mengalami kepunahan seperti populasi ikan bungu populasi khas Danau Poso yang tidak lagi dapat dijumpai.
Pelestarian Angrek terbesar di Indonesia yang ditemukan Angrek Hitam yang sangat khas dan hanya ada di daerah ini. Di Desa Bancea , desa dipesisr pantai danau dapat ditemukan Pelestarian Anggrek terbesar di Indonesia yang ditemukan Angrek Hitam yang sangat khas dan hanya ada di daerah ini.
Keindahan Tentena Kabupaten Poso dikelilingi perbukitan yang ditumbuhi tanaman cengkeh, Pada saat cengkeh berbunga (bulan Juni hingga November) pohon cengkeh akan mengeluarkan aroma harum bunga cengkeh.
Beberpa kilometer dari tentena di temukan Air terjun Salu Opa dan tempat pembuatan Sovenir Kayu Ebony.
Pada pertengahan tahun sembilan puluan Danau ini pernah menjadi Agenda Wisata Dunia yang dikenal dengan Festival Danau Poso.
Disamping itu terdapat fenomena alam yang berbau mistis yaitu Lampu Danau yang merupakan salah satu keunikan juga sewaktu-waktu dapat disaksikan pada waktu malam hari. Jika kita bertanya ke penduduk setempat tentang misteri danau, pasti akan lebih dulu diceritakan tentang misteri mahluk raksasa yang memancarkan cahaya seperti lampu petromaks di malam hari. Cahaya yang terang ini sering mengecoh nelayan yang mencari ikan di malam hari, di kira teman nelayan, setelah dihampiri cayaha itu bergerak dengan cepatnya dan berpindah – pindah, kadang menghilang dan muncul lagi di tempat yang lain bahkan tak jarang mengitari danau dalam hitungan menit. Ujar Arkhi.
Penduduk sekitar danau menyakini kalau cahaya itu berasal dari kepala seekor naga yang berdiam di dasar danau, tetapi kadang – kadang muncul ke permukaan. Katanya sudah banyak penduduk yang pernah melihat ujung kepala sang naga, ujung ekor atau sisiknya. Cahaya misterius ini lebih dikenal penduduk dengan sebutan “lampu danau”. Penduduk percaya kalau naga ini sebagai penunggu danau, makanya jangan pernah mengucapkan kata – kata makian, keluhan atau bersikap meremehkan danau ini, kalau tidak ingin celaka. Menurut para nelayan yang mencari ikan di malam hari, jika mereka melihat lampu danau maka menjadi pertanda bahwa tidak akan memperoleh seekor pun ikan tangkapan. Makanya lebih baik pulang saja untuk beristirahat, ujar Arnius penduduk desa Peura. Menurut Arnius pernah kejadian seorang nelayan yang kesal tak mendapatkan ikan, kemudian mengejar Lampu Danau itu sampai kira – kira 3 km jauhnya, tetapi lampu itu kemudian menghilang di sekitar kaki bukit Marari yang terkenal airnya sangat dalam.
Lepas dari benar atau tidaknya cerita tentang mahluk raksasa penunggu Danau Poso ini, paling tidak ada nilai – nilai kearifan budaya lokal tentang bagaimana menjaga dan memperlakukan alam sekitar supaya tetap lestari dan penghidupan penduduk di sekitarnya tetap terjaga. Karena itu bagi penduduk di sekitar pesisir danau yang tetap menyakini cerita ini memperlakukan danau poso sebagai sesuatu yang harus dihargai, tidak boleh mengambil secara berlebih ikan yang ada di danau, tidak boleh serampangan menebang pohon sekitar danau dan atau aktifitas lainnya yang terkesan meremehkan alam ciptaanNya. Sekiranya masyarakat terpelajar pun bisa mengambil nilai – nilai kearifan lokal ini yaitu untuk tidak serakah dan tidak mengambil secara berlebih semua yang telah tersedia di alam sekitar kita supaya tidak terjadi petaka yang akhirnya mendatangkan
bencana bagi kita dan generasi nanti.
Danau Poso.
Danau Poso merupakan sebuah danau yang terletak di provinsi Sulawesi Tengah, Indonesia. Tepatnya di Kabupaten Poso. Danau ini merupakan danau terbesar ketiga di Indonesia dengan memiliki panjang 32 km dan lebar 16 km.
Pelestarian Angrek terbesar di Indonesia yang ditemukan Angrek Hitam yang sangat khas dan hanya ada di daerah ini. Di Desa Bancea , desa dipesisr pantai danau dapat ditemukan Pelestarian Anggrek terbesar di Indonesia yang ditemukan Angrek Hitam yang sangat khas dan hanya ada di daerah ini.
Keindahan Tentena Kabupaten Poso dikelilingi perbukitan yang ditumbuhi tanaman cengkeh, Pada saat cengkeh berbunga (bulan Juni hingga November) pohon cengkeh akan mengeluarkan aroma harum bunga cengkeh.
Beberpa kilometer dari tentena di temukan Air terjun Salu Opa dan tempat pembuatan Sovenir Kayu Ebony.
Pada pertengahan tahun sembilan puluan Danau ini pernah menjadi Agenda Wisata Dunia yang dikenal dengan Festival Danau Poso.
Penduduk sekitar danau menyakini kalau cahaya itu berasal dari kepala seekor naga yang berdiam di dasar danau, tetapi kadang – kadang muncul ke permukaan. Katanya sudah banyak penduduk yang pernah melihat ujung kepala sang naga, ujung ekor atau sisiknya. Cahaya misterius ini lebih dikenal penduduk dengan sebutan “lampu danau”. Penduduk percaya kalau naga ini sebagai penunggu danau, makanya jangan pernah mengucapkan kata – kata makian, keluhan atau bersikap meremehkan danau ini, kalau tidak ingin celaka. Menurut para nelayan yang mencari ikan di malam hari, jika mereka melihat lampu danau maka menjadi pertanda bahwa tidak akan memperoleh seekor pun ikan tangkapan. Makanya lebih baik pulang saja untuk beristirahat, ujar Arnius penduduk desa Peura. Menurut Arnius pernah kejadian seorang nelayan yang kesal tak mendapatkan ikan, kemudian mengejar Lampu Danau itu sampai kira – kira 3 km jauhnya, tetapi lampu itu kemudian menghilang di sekitar kaki bukit Marari yang terkenal airnya sangat dalam.
Lepas dari benar atau tidaknya cerita tentang mahluk raksasa penunggu Danau Poso ini, paling tidak ada nilai – nilai kearifan budaya lokal tentang bagaimana menjaga dan memperlakukan alam sekitar supaya tetap lestari dan penghidupan penduduk di sekitarnya tetap terjaga. Karena itu bagi penduduk di sekitar pesisir danau yang tetap menyakini cerita ini memperlakukan danau poso sebagai sesuatu yang harus dihargai, tidak boleh mengambil secara berlebih ikan yang ada di danau, tidak boleh serampangan menebang pohon sekitar danau dan atau aktifitas lainnya yang terkesan meremehkan alam ciptaanNya. Sekiranya masyarakat terpelajar pun bisa mengambil nilai – nilai kearifan lokal ini yaitu untuk tidak serakah dan tidak mengambil secara berlebih semua yang telah tersedia di alam sekitar kita supaya tidak terjadi petaka yang akhirnya mendatangkan
bencana bagi kita dan generasi nanti.
Kerusuhan di Poso
Kerusuhan Poso adalah sebutan bagi serangkaian kerusuhan yang terjadi di Poso, Sulawesi Tengah yang melibatkan kelompok Muslim dan Kristen. Kerusuhan ini dibagi menjadi tiga bagian . Kerusuhan Poso I (25-29 Desember 1998), Poso II (17-21 April 2000), dan Poso III (16 Mei - 15 Juni 2000). Pada 20 Desember 2001 Keputusan Malino ditandatangani antara kedua belah pihak yang bertikai dan diinisiasi oleh Jusuf Kalla dan Susilo Bambang Yudhoyono.
Pertikaian yang sempat berlangsung hampir satu dekade membuat citra Poso terpuruk dimata pelaku perekonomian dan pariwisata. Pemberitaan yang buruk serta situasi keamanan yang tidak menentu membuat orang enggan ke Poso, baik untuk berbisnis ataupun sekedar berwisata.
Pertikaian yang sempat berlangsung hampir satu dekade membuat citra Poso terpuruk dimata pelaku perekonomian dan pariwisata. Pemberitaan yang buruk serta situasi keamanan yang tidak menentu membuat orang enggan ke Poso, baik untuk berbisnis ataupun sekedar berwisata.
Pertikaian itu sendiri dari kacamata luar sepertinya bernuansa keagamaan karena kedua belah pihak yang bertikai adalah pihak Kristen dan Muslim. Tetapi bagi yang mencoba melihat dan memahami pertikaian tersebut secara lebih jernih, dapat menyimpulkan bahwa sebenarnya agama hanyalah isu yang paling mujarab yang digunakan pihak-pihak tertentu untuk mengacau di Poso.
Rakyat yang tidak terlalu paham apa yang terjadi, segera terbagi atas dua kelompok besar berdasarkan agamanya. Lalu saling bertikai tanpa mengerti apa yang diperebutkan. Isu-isu tak berdasar terus memanaskan situasi meski korban sudah berjatuhan. Padahal tidak jarang, di antara kedua kelompok tersebut justru banyak yang sebenarnya masih terikat tali kekerabatan. Belakangan baru mereka menyesal telah menjadi korban adu domba pihak-pihak yang tidak bertanggung-jawab. Mengambil hikmah dari pengalaman pahit ini, masyarakat Poso dan sekitarnya menjadi lebih waspada dan mengerti akan akibat negatif provokasi. Mereka sepakat untuk menjaga ketenangan dan kedamaian yang kini telah tercipta kembali.
Penulis : Yohanes Gitoyo, S Pd.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar