Bencana erupsi Gunung Sinabung di Sumatera Utara mengingatkan kita untuk bisa memahami dan mempelajari hal-hal mengenai gunung berapi, baik menyangkut karakter, manfaat, bahaya dan hal lain yang berkaitan untuk kebaikan warga masyarakat yang kebetulan bertempat tinggal disekitar gunung berapi. Erupsi Gunung Sinabung terjadi pada Sabtu (1/2) pukul 10.30 wib dengan luncuran awan panas sejauh 4,5 km. “Semua korban meninggal dan luka tersapu awan panas di Desa Sukameriah di radius 3 km, jangkauan awan panas meluncur 4,5 km,” ujarnya Sabtu, (1/2). Letusan Gunung Sinabung terjadi 1 Februari 2014 bahkan sudah menewaskan 15 orang.
Gunung berapi atau gunung api secara umum adalah istilah yang dapat didefinisikan sebagai suatu sistem saluran fluida panas (batuan dalam wujud cair atau lava) yang memanjang dari kedalaman sekitar 10 km di bawah permukaan bumi sampai ke permukaan bumi, termasuk endapan hasil akumulasi material yang dikeluarkan pada saat meletus.
Gunung berapi terdapat di seluruh dunia, tetapi lokasi gunung berapi yang paling dikenali adalah gunung berapi yang berada di sepanjang busur Cincin Api Pasifik (Pacific Ring of Fire). Busur Cincin Api Pasifik merupakan garis bergeseknya antara dua lempengan tektonik.
Tidak semua gunung berapi sering meletus. Gunung berapi yang sering meletus disebut gunung berapi aktif. Gunung berapi terdapat dalam beberapa bentuk sepanjang masa hidupnya. Gunung berapi yang aktif mungkin berubah menjadi separuh aktif, istirahat, sebelum akhirnya menjadi tidak aktif atau mati. Bagaimanapun gunung berapi mampu istirahat dalam waktu 610 tahun sebelum berubah menjadi aktif kembali. Oleh itu, sulit untuk menentukan keadaan sebenarnya dari suatu gunung berapi itu, apakah gunung berapi itu berada dalam keadaan istirahat atau telah mati.
Lebih lanjut, istilah gunung api ini juga dipakai untuk menamai fenomena pembentukan ice volcanoes atau gunung api es dan mud volcanoes atau gunung api lumpur. Gunung api es biasa terjadi di daerah yang mempunyai musim dingin bersalju, sedangkan gunung api lumpur dapat kita lihat di daerah Kuwu, Grobogan, Jawa Tengah yang populer sebagai Bledug Kuwu.
Klasifikasi gunung berapi di Indonesia.
Kalangan vulkanologi Indonesia mengelompokkan gunung berapi ke dalam tiga tipe berdasarkan catatan sejarah letusan/erupsinya.
- Gunung api Tipe A : tercatat pernah mengalami erupsi magmatik sekurang-kurangnya satu kali sesudah tahun 1600.
- Gunung api Tipe B : sesudah tahun 1600 belum tercatat lagi mengadakan erupsi magmatik namun masih memperlihatkan gejala kegiatan vulkanik seperti kegiatan solfatara.
- Gunung api Tipe C : sejarah erupsinya tidak diketahui dalam catatan manusia, namun masih terdapat tanda-tanda kegiatan masa lampau berupa lapangan solfatara/fumarola pada tingkah lemah.
Berbagai Tipe Gunung Berapi.
- Gunung berapi kerucut atau gunung berapi strato (strato vulcano), Tersusun dari batuan hasil letusan dengan tipe letusan berubah-ubah sehingga dapat menghasilkan susunan yang berlapis-lapis dari beberapa jenis batuan, sehingga membentuk suatu kerucut besar (raksasa), kadang-kadang bentuknya tidak beraturan, karena letusan terjadi sudah beberapa ratus kali. Gunung Merapi merupakan jenis ini.
- Gunung berapi perisai (shield volcano), Tersusun dari batuan aliran lava yang pada saat diendapkan masih cair, sehingga tidak sempat membentuk suatu kerucut yang tinggi (curam), bentuknya akan berlereng landai, dan susunannya terdiri dari batuan yang bersifat basaltik. Contoh bentuk gunung berapi ini terdapat di kepulauan Hawai.
- Gunung berapi maar (Cinder Cone), merupakan gunung berapi yang abu dan pecahan kecil batuan vulkanik menyebar di sekeliling gunung. Sebagian besar gunung jenis ini membentuk mangkuk di puncaknya. Jarang yang tingginya di atas 500 meter dari tanah di sekitarnya.
- Gunung berapi besar atau gunung berapi supervolcano (Kaldera), Gunung berapi jenis ini terbentuk dari ledakan yang sangat kuat yang melempar ujung atas gunung sehingga membentuk cekungan. Gunung Bromo merupakan jenis ini.
Dampak Positif Keberadaan Gunung Berapi
Selain dampak negatif, jika ditelaah, letusan gunung berapi juga sebenarnya membawa berkah meski hanya bagi penduduk yang ada di sekitar. Apa saja? Berikut uraiannya:
- Tanah yang dilalui oleh hasil bulkanis gunung berapi sangat baik bagi pertanian sebab tanah tersebut secara alamah menjadi lebih subur dan bisa menghasilkan tanaman yang jauh lebih berkualitas. Tentunya bagi penduduk sekitar pegunungan yang mayoritas petani, hal ini sangat menguntungkan.
- Terdapat mata pencaharian baru bagi rakyat sekitar gunung berapi yang telah meletus, apa itu? Jawabannya penambang pasir. Material vulkanik berupa pasir tentu memiliki nilai ekonomis.
- Selain itu, terdapat pula bebatuan yang disemburkan oleh gunung berapi saat meltus. Bebatuan tersebut bisa dimanfaatkan sebagai bahan bangungan warga sekitar gunung.
- Meski ekosistem hutan rusak, namun dalam beberapa waktu, akan tumbuh lagi pepohonan yang membentuk hutan baru dengan ekosistem yang juga baru.
- Setelah gunung meletus, biasanya terdapat geyser atau sumber mata air panas yang keluar dri dalam bumi dengan berkala atau secara periodik. Geyser ini kabarnya baik bagi kesehatan kulit.
- Muncul mata air bernama makdani yaitu jenis mata air dengan kandungan mineral yang sangat melimpah.
- Pada wilayah vulkanik, potensial terjadi hujan orografis. Hujan ini potensial terjadi sebab gunung adalah penangkan hujan terbaik.
- Pada wilayah yang sering terjadi letusan gunung berapi, sangat baik didirikan pembangkit listrik (Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi).
Dampak Negatif Keberadaan Gunung Berapi
- Gunung berapi yang meletus tentu akan membawa material yang berbahaya bagi organisme yang dilaluinya, Karena itu kewaspadaan mutlak diperlukan. Berikut ini hal negatif yang bisa terjadi saat gunung meletus:
- Tercemarnya udara dengan abu gunung berapi yang mengandung bermacam-macam gas mulai dari Sulfur Dioksida atau SO2, gas Hidrogen sulfide atau H2S, No2 atau Nitrogen Dioksida serta beberapa partike debu yang berpotensial meracuni makhluk hidup di sekitarnya.
- Dengan meletusnya suatu gunung berapi bisa dipastikan semua aktifitas penduduk di sekitar wilayah tersebut akan lumph termasuk kegiatan ekonomi.
- Semua titik yang dilalui oleh material berbahaya seperti lahar dan abu vulkanik panas akan merusak pemukiman warga.
- Lahar yang panas juga akan membuat hutan di sekitar gunung rusak terbakar dan hal ini berarti ekosistem alamiah hutan terancam.
- Material yang dikeluarkan oleh gunung berapi berpotensi menyebabkan sejumlah penyakit misalnya saja ISPA.
- Desa yang menjadi titik wisata tentu akan mengalami kemandekan dengan adanya letusan gunung berapi. Sebut saja Gunung Rnjani dan juga Gunung Merapi, kedua gunung ini dalam kondisi normal merupakan salah satu destinasi wisata terbaik bagi mereka wisatawan pecinta alam.
Fenomena Gunung Meletus.
Gunung meletus merupakan peristiwa yang terjadi akibat endapan magma di dalam perut bumi yang didorong keluar oleh gas yang bertekanan tinggi. Magma adalah cairan pijar yang terdapat di dalam lapisan bumi dengan suhu yang sangat tinggi, yakni diperkirakan lebih dari 1.000 °C. Magma merupakan batu-batuan cair yang terletak di dalam kantung magma di bawah permukaan bumi. Kantung magma adalah ruang bawah tanah besar berisi batuan mencair yang berada di bawah permukaan kerak bumi. Batuan mencair di kamar magma berada pada tekanan yang besar, dan mendapat waktu yang cukup dan tekanan dapat mematahkan bebatuan di sekitarnya membuat jalan keluar untuk magma. Jika dapat menemukan jalan keluar ke permukaan, hasilnya adalah letusan gunung berapi. Kamar magma sulit untuk dideteksi.
Magma di bumi merupakan larutan silika bersuhu tinggi yang kompleks dan merupakan asal semua batuan beku. Magma berada dalam tekanan tinggi dan kadang kala terlempar keluar melalui lubang kawah gunung berapi dalam bentuk aliran lava atau letusan gunung berapi.Cairan magma yang keluar dari dalam bumi disebut lava. Suhu lava yang dikeluarkan bisa mencapai 700-1.200 °C.
Letusan gunung berapi yang membawa batu dan abu dapat menyembur sampai sejauh radius 18 km atau lebih, sedangkan lavanya bisa membanjiri sampai sejauh radius 90 km.
Apabila gunung berapi meletus, magma yang terkandung di dalam kamar magmar di bawah gunung berapi meletus keluar sebagai lahar atau lava. Selain daripada aliran lava, kehancuran oleh gunung berapi disebabkan melalui berbagai cara seperti berikut:
- Aliran lava.
- Letusan gunung berapi.
- Aliran lumpur.
- Abu.
- Kebakaran hutan.
- Gas beracun.
- Gelombang tsunami.
- Gempa bumi.
Ciri-ciri gunung berapi akan meletus
Gunung berapi yang akan meletus dapat diketahui melalui beberapa tanda, antara lain
- Suhu di sekitar gunung naik.
- Mata air menjadi kering
- Sering mengeluarkan suara gemuruh, kadang disertai getaran (gempa)
- Tumbuhan di sekitar gunung layu
- Binatang di sekitar gunung bermigrasi
Status bahaya gunung berapi saat menjelang meletus.
Untuk meminimalisir jatuhnya korban jiwa, petugas pengawasan gunung berapi membagi status gunung berapi menurut tingkat bahayanya:
Hasil letusan gunung berapi.
Berikut adalah hasil dari letusan gunung berapi, antara lain :
- Gas vulkanik
- Gas yang dikeluarkan gunung berapi pada saat meletus. Gas tersebut antara lain Karbon monoksida (CO), Karbon dioksida (CO2), Hidrogen Sulfida (H2S), Sulfur dioksida (S02), dan Nitrogen (NO2) yang dapat membahayakan manusia.
- Aliran pasir serta lontaran batu panas.
Aliran lava baru diantara lava yang sudah membeku
- Lava adalah cairan larutan magma pijar yang mengalir keluar dari dalam bumi melalui kawah gunung berapi atau melalui celah (patahan) yang kemudian membeku menjadi batuan yang bentuknya bermacam-macam. Bila cairan tersebut encer akan meleleh jauh dari sumbernya membentuk aliran seperti sungai melalui lembah dan membeku menjadi batuan seperti lava ropi atau lava blok (umumnya di Indonesia membentuk lava blok). Bila agak kental, akan mengalir tidak jauh dari sumbernya membentuk kubah lava dan pada bagian pinggirnya membeku membentuk blok-blok lava tetapi suhunya masih tinggi, bila posisinya tidak stabil akan mengalir membentuk awan panas guguran dari lava.
- Lahar, Lahar adalah lava yang telah bercampur dengan batuan, air, dan material lainnya. Lahar sangat berbahaya bagi penduduk di lereng gunung berapi.
Banjir Lahar Gunung Galunggung 1982
- Lahar (dari bahasa Jawa) adalah aliran material vulkanik yang biasanya berupa campuran batu, pasir dan kerikil akibat adanya aliran air yang terjadi di lereng gunung (gunung berapi). Di Indonesia khususnya, aktivitas aliran lahar ini akan meningkat seiring dengan meningkatnya intensitas curah hujan. Aliran lahar sangat berbahaya terutama bagi penduduk yang tinggal di perkampungan yang berada di lereng gunung ataupun bagi para penambang pasir yang sering berada di daerah aliran lahar ini. Lahar dapat mengalir dengan kecepatan beberapa puluh meter per detik menempuh jarak sampai beberapa kilometer membawa energi yang cukup besar. Untuk itu biasanya lahar dibuatkan saluran khusus yang di dalam ilmu geoteknik dikenal sebagai "sabo".
- Hujan Abu, Yakni material yang sangat halus yang disemburkan ke udara saat terjadi letusan. Karena sangat halus, abu letusan dapat terbawa angin dan dirasakan sampai ratusan kilometer jauhnya. Abu letusan ini bisa menganggu pernapasan.
Awan panas Gunung Sinabung
- Awan panas, Yakni hasil letusan yang mengalir bergulung seperti awan. Di dalam gulungan ini terdapat batuan pijar yang panas dan material vulkanik padat dengan suhu lebih besar dari 600 °C. Awan panas dapat mengakibatkan luka bakar pada tubuh yang terbuka seperti kepala, lengan, leher atau kaki dan juga dapat menyebabkan sesak napas.
Namun apa sesungguhnya awan panas itu? Secara singkat bisa dijelaskan, awan panas atau pyroclastic merupakan hasil letusan yang bergulung seperti awan. Di dalam letusan ini terdapat batuan pijar yang panas dan material vulkanik padat. Suhunya konon bisa mencapai lebih dari 600 °C. Namun yang lebih menyeramkan, awan panas ini bisa turun dari puncak gunung dengan kecepatan di atas 100 km/jam. Dengan suhu dan kecepatan seperti itu, tentu saja nyaris mustahil manusia yang terkena terjangannya akan selamat.
Seperti dikataan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, adanya korban tewas di lereng Sinabung beberapa waktu lalu akibat mereka tidak bisa lari menghindar. “Jaraknya 3 km dari puncak, sementara kecepatan awan panas 600-700 km per jam. Kesempatan untuk menyelamatkan diri hanya 2-3 menit saja, berlari kalah cepat dengan awan panas," kata Sutopo di Kantor BNBP, Minggu (2/2).
Penulis : Yohanes Gitoyo.
Referensi :
- http://www.intisari-online.com/
- http://www.dakwatuna.com/
- http://id.wikipedia.org/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar